disaat kritis sekritis-kritisnya orang kritis, orang yang gue percaya bisa ada terus di samping gue, dia memilih untuk membiarkan gue pergi. hmm.. sayang, mau apa dikata? kalo dia emang ngerti keadaanya bagaimana sekarang, dia pasti tau kok apa yang harus dia lakuin saat ini, detik ini, bahkan esok dan seterusnya. sulit yah, munkin emang jalan seperti ini yang harus gue tempuh, sedikit demi sedikit kita tahu siapa yang bertahan dan siapa yang tidak bertahan, gue akan tetap bertahan dikeadaan ini sampai gue bisa nyelesaiinnya, walaupun sendiri. lebih bagus sendiri munkin (pikiran gue saat ini) karena, dengan sikap dan omongannya, itu sudah jadi bukti kok kalo dia ga pantes berdiri dan membantu gue berdiri di keadaan seperti ini.
"sudah biasa" yang dia ucapkan waktu membela diri, apa yang dijadikan alasan soal "sudah biasa"? dia ga akan pernah tau rasanya jadi gue gimana, rasanya nahan sakit gimana, rasanya manopang malu gimana, ya, ga akan pernah bisa ngerasain itu. kalopun emang sekarang gue harus berjalan tanpa dia, gue bisa! karena gue ga butuh laki-laki yang ga bertitit yang berani ninggalin atau ngebiarin gue pergi disaat kritis seperti ini.
kita lihat nanti, siapa yang pantas dibuang, karena semua tahu apa yang benar dan apa yang salah.
